Jumat, 30 September 2011

SAP Kesehatan Reproduksi Wanita


SAP
(SATUAN ACARA PEMBELAJARAN)


  1. TOPIK                        : PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)
  2. SUB TOPIK               : Kesehatan Reproduksi Wanita
  3. TUJUAN                    :
Tujuan Umum             : Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x 60 menit diharapkan peserta didik mampu mengetahui kesehatan reproduksi wanita.
Tujuan Khusus            :
1.      Peserta didik  mengetahui pengertian reproduksi wanita
2.      Peserta didik  mampu mengetahui tanda-tanda sebelum & saat haid.
3.      Peserta didik mampu mengetahui siklus haid.
4.      Peserta didik mampu mengetahui perawatan selama haid.
5.      Peserta didik mampu mengetahui mandi wajib setelah haid.
  1. WAKTU         : 27 Mei 2010
  2. TEMPAT        : Sekolah Dasar Negeri II Pringtutul
  3. SASARAN     : Siswa-siswi kelas 5 dan 6
  4. METODE       :
·         Ceramah
·         Tanya Jawab
·         Demonstrasi
  1. MEDIA           :
1.      Celana dalam wanita
2.      Pembalut wanita



  1. PELAKSANA   :
1.      Penyaji         :
2.      Illustrator   
3.      Notulen        :
4.      Moderator    :
5.      Fasilitator     :
  1. MATERI            : Terlampir
  2. STRATEGI PELAKSANAAN
NO
Tahap
Kegiatan penyuluhan
Kegitan peserta

1
Pendahuluan (10 menit)
1.    Perkenalan
2.    Kontrak waktu
Memperhatikan

2
Penyajian
(30 menit)
1.      Menyebutkan pengertian reproduksi wanita
2.      Menyebutkan tanda tanda sebelum haid dan sesudah haid
3.      Menyebutkan siklus haid
4.      Mengetahui cara perawatan saat haid
5.      Mengetahui cara mandi wajib setelah haid
Memperhatikan
Mengerti

3
Penutup
(10 menit)
1.      Fasilitator mengulang kembali materi yang telah disampaikan
2.      Menanyakan kembali materi yang telah disampaikan




Menyimpulkan
Menjawab




  1. EVALUASI   :
1.      Peserta didik mampu mengetahui pengertian reproduksi wanita
2.      Peserta didik  mampu mengetahui tanda-tanda sebelum & saat haid.
3.      Peserta didik mampu mengetahui siklus haid.
4.      Peserta didik mampu mengetahui perawatan selama haid.
5.      Peserta didik mampu mengetahui mandi wajib setelah haid.


























SAP Kebutuhan Nutrisi ibu post partum



SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

1.      Topik         : Nutrisi
2.      Sub topic   : Nutrisi ibu post partum
3.      Tujuan :
1)      Tujuan Umum:
Setelah di lakukan tindakan keperawatan pendidikan kesehatan selama 1x 20 menit di harapkan klien dapat mengetahui dan memahami nutrisi ibu post partum.
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pendidian kesehatan nutrisi ibu post partum selama 1x 20 menit pasien mampu:
·         Menjelaskan kembali pengertian nutrisi
·         Menyebutkan kembali macam-macam nutrisi.
·         Menyebutkan kembali tentang  makanan yang baik dikonsumsi ibu post partum.
·         Menyebutkan manfaat makanan bergizi pada ibu post partum.
4.      Sasaran      : Klien dan Keluarga
5.      Meode       : Ceramah, tanya jawab
6.      Media        : Lembar balik,leafleat
7.      Waktu       : 1x 20menit
8.      Tempat      : Ruang Rahmah RS Muhammadiyah Gombong
9.      Strategi Pelaksanaan
JAM/WAKTU
TAHAP
RESPON
5menit
Orientasi
·            Memberi salam
·            mengingatkan kontrak
·            menjelaskan maksud dan tujuan
·            menanyakan kesediaan
·            Apersepsi

Menjawab salam
Pasien ingat dengan kontrak Kooperatifpasien mengerti tujuan
Klien siap/bersedia
Klien mampu menjawab pertanyaan perawat
10menit
Kerja
·      Menjelaskan kembali pengertian nutrisi
·      Menyebutkan kembali macam-macam nutrisi.
·      Menyebutkan kembali tentang  makanan yang baik dikonsumsi ibu post partum.
·      Menyebutkan manfaat makanan bergizi pada ibu post partum.
·      Memotivasi pasien untuk mengonsumsi makanan yaang bergizi
Klien mendengarkan penjelasan perawat
5 menit
Terminasi
·            melakukan evaluasi
·            memberikan reward
·            memberisalam penutup


Klien mampu menjawab pertanyaan perawat
Klien menjawab salam

10.  Pelaksana  : Siti Nur Hayati
11.  Materi        : terlampir
12.  Evaluasi :
1)       Evaluasi persiapan
a.       Materi sudah siap dan dipelajari 3 hari sebelum penkes
b.      Media sudah siap 2 hari sebelum penkes
c.       Undangan untuk Peserta didik sudah disampaikan 3 hari sebelum penkes
d.      Tempat sudah siap 2 jam sebelum penkes
e.       SAP sudah siap 2 hari sebelum penkes


2)      Evaluasi proses
a.       100 % Klien dan keluarga datang tepat waktu
b.      Klien dan keluarga memperhatikan penjelasan perawat
c.       Klien dan keluarga aktif bertanya atau memberikan pendapat
d.      Media dapat digunakan secara efektif

3)      Evaluasi Hasil
a.       Menjelaskan kembali pengertian nutrisi
b.      Menyebutkan kembali macam-macam nutrisi.
c.       Menyebutkan kembali tentang  makanan yang baik dikonsumsi ibu post partum.
d.      Menyebutkan manfaat makanan bergizi pada ibu post partum.





















Materi
NUTRISI IBU POST PARTUM

  1. Pengertian
Nutrisi adalah makanan yang kita makan dan tubuh kita gunakan untuk hidup,tumbuh,berkembang,agar tetap sehat serta bugar,dan juga digunakan sebagai energi.

  1. Macam-macam nutrisi
1.         Karbohidrat
Fungsi karbohidrat

a.       Sumber Energi

b.      Pemberi Rasa Manis pada Makanan

c.       Penghemat Protein

d.      Pengatur Metabolisme Lemak

e.       Membantu Pengeluaran Feses

Karbohidrat terkandung didalam nasi,jagung, gandum ,kentang,ubi,ketela dll.
2.         Protein
Fungsi protein :
a.       Sumber energi
b.       Pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan
c.        Sebagai sintesis hormon,enzim, dan antibodi
d.       Pengatur keseimbangan kadar asam basa dalam sel
Terkandung didalam daging,ikan,telur,susu dan tumbuhan berbiji,juga pada suku polong-polongan / kacang-kacangan.


3.         Lemak
Fungsi lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh. Terkandung dalam daging – dagingan,minyak kelapa,santan.

4.         Vitamin
Fungsi  vitamin masing masing baik itu untuk menjaga kesegaran tubuh ataupun untuk menghilangkan rasa capek agar tetap bersemangat dalam bekerja
terkandung dalam buah - buahan dan sayuran

  1. Makanan yang baik dikonsumsi ibu post partum.
Makan makanan yang bergizi seperti nasi,lauk,sayur,buah dan ditambah dengan segelas susu.
Makanan yang banyak mengandung tinggi  protein misalnya daging – dagingan,sayuran,telor.
Minum 8 -12 gelas sehari

  1. Manfaat makanan bergizi pada ibu post partum.
1.         Mempercepat penyembuhan luka
2.         Mengganti sel – sel yang rusak
3.         Mengembalikan tenaga
4.         Menambah berat badan

Kamis, 29 September 2011

Trauma Thoraks


TRAUMA THORAK
I. DEFINISI.
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.

II. ETIOLOGI.
1. Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul dinding thorax.
2. Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding thorax.

III. INITIAL ASSESSMENT DAN PENGELOLAAN
1. Pengelolaan penderita terdiri dari :
a. Primary survey
Yaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa, pertolongan ini dimulai dengan airway, breathing, dan circulation.
b. Resusitasi fungsi vital.
c. Secondary survey yang terinci.
d. Perawatan definitif.
2. Karena hipoksia adalah masalah yang sangat serius pada Trauma thorax, intervensi dini perlu dilakukan untuk pencegahan dan mengoreksinya.
3. Trauma yang bersifat mengancam nyawa secara langsung dilakukan terapi secepat dan sesederhana mungkin.
4. Kebanyakan kasus Trauma thorax yang mengancam nyawa diterapi dengan mengontrol airway atau melakukan pemasangan selang thorax atau dekompresi thorax dengan jarum.
5. Secondary survey membutuhkan riwayat trauma dan kewaspadaan yang tinggi terhadap adanya trauma – trauma yang bersifat khusus.

PENYEBAB EMBOLI PARU
Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor.
Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang disebut trombosis vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir lambat atau tidak mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada dalam satu posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak kembali, gumpalan tersebut dapat hancur, tetapi ada juga gumpalan darah yang menyebabkan penyakit berat bahkan kematian.

Penyebab terjadinya gumpalan di dalam vena mungkin tidak dapat diketahui, tetapi faktor predisposisinya (faktor pendukungnya) sangat jelas, yaitu:
·       Pembedahan
·       Tirah baring atau tidak melakukan aktivitas dalam waktu lama (seperti duduk selama perjalanan dengan mobil, pesawat terbang maupun kereta api)
·       Stroke
·       Serangan jantung
·       Obesitas (kegemukan)
·       Patah tulang tungkai tungkai atau tulang pangggul
·       Meningkatnya kecenderungan darah untuk menggumpal (pada kanker tertentu, pemakaian pil kontrasepsi, kekurangan faktor penghambat pembekuan darah bawaan)
·       Persalinan
·       Trauma berat
·       Luka bakar.

ANALISA GAS DARAH
DEFINISI
Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai:
Keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar karbondioksida dalam darah
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
- PH normal 7,35-7,45
- Pa CO2 normal 35-45 mmHg
- Pa O2 normal 80-100 mmHg
- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
- HCO3 normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
- Saturasi O2 lebih dari 90%.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A. brachialis, A. Femoralis.

Ventilasi mekanik merupakan suatu prosedur yang tidak fisiologis akan tetapi tetap harus diberikan pada gangguan ventilasi. Tujuan dari pemberian ventilasi mekanik adalah :
- mempertahankan ventilasi dan oksigenisasi yang adekuat
- menjaga agar antara ventilator dengan pasien tetap sinkron
- meminimalkan efek samping
Untuk mencapai tujuan tersebut maka salah satu prosedur yang harus dilakukan adalah melakukan monitoring dan melakukan intervensi untuk setiap keadaan yang akan meyebabkan efek samping yang tidak diinginkan (trouble shhooting).
Bila terjadi ketidak sesuaian (dysynchrony) antara pasien dengan ventilator harus segera dicari penyebabnya untuk segera diatasi. Masalah yang timbul dapat berasal dari ventilator, sirkuit, ETT, atau pasiennya sendiri.

TORAKOSTOMI
a. Definisi
Suatu tindakan kuratif dengan cara membuat jendela drainase terbuka antara rongga pleura dengan bagian luar tubuh melalui proses pembedahan dengan cara memotong beberapa kosta.
b. Ruang Lingkup
Suatu penimbunan nanah/pus di ruang antar pleura dalam jumlah besar akibat suatu proses infeksi sehingga mengakibatkan terjadinya keluhan penderita dan terganggunya proses pernafasan yang adekuat.
c. Indikasi Operasi
Tindakan torakostomi terbuka perlu dipikirkan terutama bila penggunaan pipa drainase tidak efektif dalam menyalirkan pus. Hal ini bisa dilihat dari evaluasi klinis penderita.
Juga apabila pus yang dihasilkan terlalu kental sehingga sulit dialirkan dengan pipa torakostomi.
Adanya kantong multipel dari empiema juga merupakan indikasi untuk dilakukan torakostomi terbuka.
Bila dekortikasi dipandang terlalu beresiko.
d. Kontra Indikasi Operasi
Terdapat penyulit lain yang belum ditangani seperti: efusi pleura
Diagnosa belum dikonfirmasi dengan foto X – ray.

FUNGSI PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan radiologi memberikan informasi mengenai (1) status sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura, dan kontur diafragma dan jalan napas atas; (2) ukuran, kontur, dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta, nodus limfe, dan percabangan bronkhial; (3) tekstur dan tingkat penyebaran udara dari parenkim paru; dan (4) ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasi lesi pulmonal, termasuk kavitasi, area fibrosis, dan daerah konsolidasi.
Pemeriksaan ronsen atau radiologi dada diindikasikan untuk (1) mendeteksi perubahan paru yang disebabkan oleh proses patologis, seperti tumor, inflamasi, fraktur, akumulasi cairan atau udara, (2) menentukan terapi yang sesuai, (3) mengevaluasi kesangkilan pengobatan, (4) menetapkan posisi selang dan kateter, dan (5) memberikan gambaran tentang suatu proses progresif dari penyakit paru.
Pemeriksaan ronsen dada sebaiknya dilakukan di bagian radiologi. Pemeriksaan sinar-X standar lebih dipilih dengan posisi berdiri, meskipun posisi duduk atau berbaring dapat dilakukan. Pemajanan standar untuk pemeriksaan ini adalah (1) posterio-anterior (PA)-sinar-X menjalar melalui punggung ke bagian depan tubuh, dan (2) lateral-sinar-X menembus bagian samping tubuh (biasanya sebelah kiri).
Selain pemeriksaan standar mungkin diperlukan juga pemajanan spesifik untuk melihat bagian-bagian spesifik dada. Pemajanan tersebut termasuk (1) oblique-film sinar-X diarahkan miring dengan sudut spesifik, (2) lordotis-film sinar-X dimiringkan dengan sudut 45 derajat dari bawah untuk melihat kedua apeks paru, dan (3) dekubitus- film sinar-X diambil dengan posisi pasien berbaring miring (kiri atau kanan) untuk memperlihatkan cairan bebas dalam dada.

ASKEP HEMODIALISA


ASKEP HEMODIALISA
  1. PENDAHULUAN
    1. Latar belakang
Menurut Price dan Wilson (1995) dialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.
Hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (alat dialisis) ke dalam dialisat (Tisher & Wilcox, 1997). Alat dialisis juga dapat digunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran semipermeabel. Hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat (Tisher & Wilcox, 1997).
Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (NKF, 2006).
Pasien hemodialisa sangatlah tergantung dengan mesin semasa sisa umurnya. Dalam pelaksanaan hemodialisa sangatlah banyak komplikasi dan kemungkinan yang terjadi, sehingga diperlukan asuhan keperawatan untuk membantu pasien menjalani hemodialisa dengan komplikasi yang minimal.
    1. Tujuan
Tujuan pembuatan laporan pendahuluan pasa Asuhan Keperawatan pasien Hemodialisa adalah :
Mengerti dan memahami tentang proses hemodialisa, indikasi, kontra indikasi dan komplikasi yang mungkin terjadi pada saat hemodialisa.
Mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada saat hemodialisa.
Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan hemodialisa.
  1. KONSEP TEORI
Hemodialisa
Pengertian
Menurut Price dan Wilson (1995) dialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.
Sedangkan menurut Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Dengan memperbesar jalan masuk pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dializer yang dapat dipercaya dan efisien, hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat (Tisher & Wilcox, 1997).
Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (NKF, 2006).
Indikasi
Price dan Wilson (1995) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang jelas berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatan penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan. Pengobatan biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria , 4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan lagi.
Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.
Kemudian Thiser dan Wilcox (1997) menyebutkan bahwa hemodialisa biasanya dimulai ketika bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini sebanding dengan kadar kreatinin serum 8–10 mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia dan secara mental dapat membahayakan dirinya juga dianjurkan dilakukan hemodialisa. Selanjutnya Thiser dan Wilcox (1997) juga menyebutkan bahwa indikasi relatif dari hemodialisa adalah azotemia simtomatis berupa ensefalopati, dan toksin yang dapat didialisis. Sedangkan indikasi khusus adalah perikarditis uremia, hiperkalemia, kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik (oedem pulmonum), dan asidosis yang tidak dapat diatasi.
Kontra Indikasi
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut (PERNEFRI, 2003).
Tujuan
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
Proses Hemodialisa
Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa berfungsi mempersiapkan cairan dialisa (dialisat), mengalirkan dialisat dan aliran darah melewati suatu membran semipermeabel, dan memantau fungsinya termasuk dialisat dan sirkuit darah korporeal. Pemberian heparin melengkapi antikoagulasi sistemik. Darah dan dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan untuk memperoleh efisiensi maksimal dari pemindahan larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan ukuran membran dalam alat dialisa, dan kecepatan aliran darah dan larutan mempengaruhi pemindahan larutan (Tisher & Wilcox, 1997).
Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa dan suatu saringan sebagai ginjal tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untuk menyaring dan membersihkan darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh. Untuk melaksanakan hemodialisa diperlukan akses vaskuler sebagai tempat suplai dari darah yang akan masuk ke dalam mesin hemodialisa (NKF, 2006).
Suatu mesin ginjal buatan atau hemodializer terdiri dari membran semipermeabel yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain untuk dialisat. Darah mengalir dari arah yang berlawanan dengan arah darah ataupun dalam arah yang sama dengan arah aliran darah. Dializer merupakan sebuah hollow fiber atau capillary dializer yang terdiri dari ribuan serabut kapiler halus yang tersusun pararel. Darah mengalir melalui bagian tengah tabung-tabung kecil ini, dan cairan dialisat membasahi bagian luarnya. Dializer ini sangat kecil dan kompak karena memiliki permukaan yang luas akibat adanya banyak tabung kapiler (Price & Wilson, 1995).
Menurut Corwin (2000) hemodialisa adalah dialisa yang dilakukan di luar tubuh. Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter masuk ke dalam sebuah mesin yang dihubungkan dengan sebuah membran semipermeabel (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan darah dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya terjadi difusi. Setelah darah selesai dilakukan pembersihan oleh dializer darah dikembalikan ke dalam tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-shunt).
Selanjutnya Price dan Wilson (1995) juga menyebutkan bahwa suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan satu lagi untuk cairan dialisa. Darah mengalir dari pasien melalui tabung plastik (jalur arteri/blood line), melalui dializer hollow fiber dan kembali ke pasien melalui jalur vena. Cairan dialisa membentuk saluran kedua. Air kran difiltrasi dan dihangatkan sampai sesuai dengan suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat dengan perantaraan pompa pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa. Dialisat kemudian dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan akan mengalir di luar serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah dan dialisat terjadi sepanjang membran semipermeabel dari hemodializer melalui proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi.
Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dengan dialisat. Perbedaaan tekanan hidrostatik dapat dicapai dengan meningkatkan tekanan positif di dalam kompartemen darah dializer yaitu dengan meningkatkan resistensi terhadap aliran vena, atau dengan menimbulkan efek vakum dalam ruang dialisat dengan memainkan pengatur tekanan negatif. Perbedaaan tekanan hidrostatik diantara membran dialisa juga meningkatkan kecepatan difusi solut. Sirkuit darah pada sistem dialisa dilengkapi dengan larutan garam atau NaCl 0,9 %, sebelum dihubungkan dengan sirkulasi penderita. Tekanan darah pasien mungkin cukup untuk mengalirkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal (di luar tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah untuk membantu aliran dengan quick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit) merupakan aliran kecepatan yang baik. Heparin secara terus-menerus dimasukkan pada jalur arteri melalui infus lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap bekuan darah atau gelembung udara dalam jalur vena akan menghalangi udara atau bekuan darah kembali ke dalam aliran darah pasien. Untuk menjamin keamanan pasien, maka hemodializer modern dilengkapi dengan monitor-monitor yang memiliki alarm untuk berbagai parameter (Price & Wilson, 1995).
Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4 – 5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10 – 15 jam/minggu dengan QB 200–300 mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) hemodialisa memerlukan waktu 3 – 5 jam dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari diantara hemodialisa, keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa.
Komplikasi Hemodialisa
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain :
Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
  1. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah
sindrom uremia
Mual, muntah, perdarahan GI.
Pusing, nafas kusmaul, koma.
Perikarditis, cardiar aritmia
Edema, gagal jantung, edema paru
Hipertensi
Manifestasi klinik
Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau gatal-gatal
Kuku ; kuku tipis dan rapuh
Rambut : kering dan rapuh
Oral ; halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi
Lambung ; mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
Pulmonary ; uremic “lung” atau pnemonia
Asam basa ; asidosis metabolik
Neurologic ; letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot : pegal
Hematologi : about it, perdarahan
Diagnosa Keperawatan
Kelebihan volume cairan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
PK : Perdarahan
PK : Hiperkalemia
PK : Hipoglikemia
PK : Asidosis
PK : Anemia